Agenda jalan-jalan kami kali ini memang sudah
dipersiapkan sejak sebulan yang lalu. Berawal dari ide Fathurrahan dan
Direkturnya Mas Fitrah, katanya pengurus perlu membuat agenda ngecamp ke pantai
untuk mengenang.

“ Kata Mas Fitrah, mumpung belum pada sibuk
kuliah” Chat Fathurrahman waktu itu. Dan ada benarnya juga pikirku.

Uang di dompetpun mulai ku hemat, ku pegang
erat-erat, dan Aku simpan dengan rapat agar tidak dibelanjakan dengan cepat.
Alhamdulillah dapat subsidi dari Ustad Sholih, jadi bisa hemat 500 ribu rupiah
untuk sewa mobil.

Fathurrahman sebagai menejer acara pada agenda
camping kali ini memilih hari Jumat dan Sabtu, tepatnya 22-23 Maret 2019,
katanya itu bertepetan bulan akan terang benderang. Oke, Aku dan teman-teman
pun manut. Pantai Jungwok menjadi pilihan destinasi kami, kayak nama orang
korea ya kan?.

Aku gak begitu kepo apakah pantainya bagus
atau gak, yang penting tempatnya harus sepi, jangan ramai, sebab kalau camping
terus tempatnya ramai, maka suasana kurang harmonis dan romantis. Karena sejatinya
tujuan camping kali ini adalah menyatukan hati.

Sebab ada yang pernah bilang, kalau
persahabatan itu harus diuji dengan jalan-jalan bareng, biasanya saat
perjalanan akan terlihat sifat asli, ujian dan cobaan. Dari sanalah kita akan
belajar sabar, ikhlash dan menjaga kekompakan pada setiap kejadian.

Kami mulai perjalanan setelah sholat Jum’at,
supaya lebih praktis perjalanannya, kami melakukan jama’ qashar. Supaya hemat
dalam perjalanan, kami gunakan mobil berbahan bakar solar, sesuai intruksi dari
driver handal kami Bro Caesar.

Supaya lebih hemat lagi, kami menggunakan
identitas santri. Di jogja, identitas santri sangat beguna, mayoritas masyarakat
jogja dan sekitarnya sangat menghargai santri. Contohnya saat kami menyewa
mobil kepada salah satu jamaah Masjid Firdaus, kami mendapatkan potongan harga
100.000 . ( temen-temen yang rencana mau travellan ke jogja, bisa sewa mobil
kesini)

Jam 1.20 Wib, mobil kami melaju melewati kota
gedhe, lanjut menuju  Wonosari,  Jl Kiyai legi, Jl. Pantai Selatan, Jl
Wediombo, lalu melewati  jalan sempit
menuju pantai Jungwok. Proses perjalanan kami tidak begitu lancar, 2 teman kami
mengalami mual-mual (hik-hik) beberapa kali harus menepikan mobil,
mempersilahkan mereka membuang segala apa yang ingin keluar dari perut menuju
perut.

Sesampainya kami di pantai Jungwok, Aku
pribadi merasa nyaman, parkiran luas, kamar mandi dan toilet bersih,  pemilik warung di sekitar warung juga ramah. Ini
jadi alasan kenapa jogja itu ngengenin. Masuk ke pantai cukup bayar 5000
per-orang.

Kami mulai menurunkan barang-barang dari atas
dan dalam mobil, mengangkut semuanya dekat bibir pantai, kira kira 10 meter
dari pantai. Tenda yang kami sewa dari Jogja dibentang, diikat dan akhirnya
bisa berdiri kokoh. Tapi akhirnya tenda hanya jadi tempat barang, mayoritas
kami lebih memilih berteduh dibawah langit dengan cahaya bulan yang terang
benderang, ditemani nyanyian ombak yang sesekali menghepas karang dan bebatuan
besar. Syahdu, sungguh.

Agar hemat waktu, kami bagi tugas, lima orang
membakar ikan, dan yang lainnya memasak air, memasak mie dan menyiapkan alas
makan. Karena lupa membawa piring atau nampan, maka kami gunakan mantel sebagai
alas makan.

Ikan nila selesai dibakar dengan balutan kecap
Bango dan madu begitu juga dengan jagung bakar susu telah siap disantap. Seusai
makan, kami sibuk dengan kegiatan masing masing, ada yang menyalakan api
unggun, mencari udang dan kepiting atau membuat kopi. Tenda pun diabaikan, kami
memilih membentang matras, atau menggali pasir untuk dijadikan alas berbaring,
sambil menyorotkan kedua mata ke dekat pantai, menyaksikan air yang dihempas
menuju bibir pantai. Sesekali melihat awan, ada beberapa bintang yang
sepertinya sedang ikut senang menyaksikan kebersamaan kami.

Karena terlalu sayang dilewati, kami memilih
untuk terjaga, mengobrol kecil, berbagi sedikit cerita kepada yang lain. Bertukar
tawa, berlari kecil menuju pantai dan tertawa lepas saat mendapati ada udang
dan kepiting yang hinggap diantara bebatuan.

Esok paginya, barulah jelas keindahan pantai
jungwok terbentang, ada ombak yang terus menghempas batu besar, tebing yang
berdiri kokoh diatasnya ada tumbuhan hijau. Kami mulai mencelupkan tubuh ke
dalam mulut pantai pelan-pelan, menunggu ombak menghempaskan kami ke bibir
pantai sambil berhitung

“ 1, 2, 3, wooo”  teriak kami. Begitu kami mengulangnya. Atau saling
bergandeng tangan, mencoba menghalangi ombak, walaupun pada akhirnya kamilah
yang dihempas, ikut bersama ombak sampai tepian.

Oh iya,
uniknya di pantai Jungwok ada aliran air tawarnya, jadi tidak perlu repot kalau
mau wudu, cuci muka atau bahkan memasak air dan nasi. Buat teman-teman yang mau
pelesiran ke jogja, dari pada hanya berfoto ria di Malioboro, bisa coba camping
ke pantai jungwok untuk bersantai ria.

Satu lagi, kalian bisa sewa motor juga supaya lebih menikmati pemandangan sawah di sepanjang jalan. Sewa motor hanya 25.000 sampai 30.000 per 12 Jam.

sumber : www.gigihsuroso.com